
Ini sedikit cerita tentang kesantunan dan kesederhanaan yang diajarkan oleh tokoh negeri kita, Jokowi dan Hasyim Muzadi (alm). Suatu sore, Aini (dengan bangga) berceloteh ,”Ma, hebat ya. Cuma Jokowi presiden yang melihara kambing dan sangat sopan sama orang yang lebih tua.”
Selorohan Aini yang baru saja berusia 11 tahun itu spontan keluar saat ia melihat foto Jokowi sedang menunduk di hadapan kaki KH Hasyim Muzadi. Di foto itu, tampak Jokowi mengoleskan kayu putih di kaki ulama sepuh tersebut. Tidak tampak rasa canggung atau gengsi, seakan Jokowi cuek saja bila posenya tersebut diabadikan oleh juru foto yang ada di sekitarnya.
Saya yang mendengar Aini berkata begitu mengiyakan sambil tersenyum. Bahkan Ayah yang melihat foto itu ditayangkan di TV pun tidak tahan memuji sikap santun Jokowi tersebut. Pikiran saya melayang sesaat.
Baru saja beberapa hari yang lalu saya membaca tulisan-tulisan sinis netizen yang mengomentari vlog terakhir Jokowi. Mereka mencemooh Jokowi yang gembira karena kelahiran anak-anak kambing di istana. Tanpa merasa bersalah, mereka berkata bahwa Jokowi sebaiknya jadi tukang kambing saja daripada jadi presiden. Itu baru satu komentar, komentar lain yang juga senada adalah betapa ‘kampungan’ dan ‘ndeso’nya presiden Indonesia.
Tapi, di samping komentar-komentar yang melecehkan itu, ada juga netizen yang mengapreasiasi dan mengambil hikmah dari vlog yang dibuat Jokowi. Mereka justru kagum dengan kesederhanaan yang ditampilkan Jokowi. Mereka bangga memiliki presiden yang tidak sikap cuek dan tanpa gengsinya y-r Seperti di foto ini, ketika Jokowi mengoleskan kayu putih di kaki KH Hasyim Muzadi.
KH Hasyim Muzadi sendiri dikenal karena sikapnya yang juga santun, lembut, dan lebih suka merangkul daripada menjauhkan. Sampai menjelang wafatnya, ia terus memikirkan kondisi bangsa ini. Bahkan air matanya berurai saat berpesan agar rakyat Indonesia tidak berhenti berdoa, karena hanya doa yang bisa menyelamatkan negara ini.
Kesederhanaan dan kesantunan mungkin terlihat kuno dan biasa saja. Tapi, kedua sikap itu justru mendekatkan, membuat Islam lebih mudah disampaikan dan diterima. Kalau masalah hidayah, itu semua ada di genggaman Allah. Kita hanya diminta menyampaikan, kalau bisa dengan cara yang terbaik.
Leave a Reply