
Masih berbicara tentang flu dan batuk, ada sedikit pengalaman yang ingin saya bagi tentang Ayah yang terpaksa harus keluar malam-malam demi berburu dexamethasone untuk mengobati batuk.
Singkat cerita, kemarin adalah hari ketiga saya dan Ayah ‘tiba-tiba’ saja terserang batuk. Yah, sebenarnya sih tidak tiba-tiba sekali, karena hari-hari sebelumnya kami sudah mulai ‘ehem-ehem’ dan ‘uhuk-uhuk’ seharian dan semalaman. Tepatnya persis setelah Aini yang sebelumnya batuk mulai sembuh, eh batuknya malah pindah ke saya dan Ayah.
Batuk saya dan Ayah gejalanya sama; tenggorokan sangat gatal, ingin batuk-batuk terus tapi seperti tertahan di tenggorokan. Yang lebih menyiksa, setiap kali batuk tenggorokan terasa seperti diiris-iris pisau. Sakiit sekali.
Seperti biasa, saya dan Ayah minum ambroxol tablet, obat batuk langganan dan andalan kami. Obat batuk yang efek sampingnya paling minimal dibanding obat-obat batuk lain yang kami rasakan. Tapi, entah mengapa sepertinya kali ini obat batuk andalan kami tidak berpengaruh sedikit pun. Kami tetap saja batuk. Tenggorokan terasa gatal terus dan setiap kali batuk… wuih… tidak terkatakan rasanya. Benar-benar seperti sedang digaruk pelan-pelan oleh pisau.
Puncaknya, semalam, saya tiba-tiba saja terbangun dari tidur sambil batuk tidak berhenti. Sambil terus batuk, saya coba bangun dan berdiri. Saya sampai berpegangan ke tembok kamar karena menahan sakit di tenggorokan setiap kali batuk. Tidak tahan, saya coba untuk mengeluarkan dahak di kamar mandi. Tapi, dahak yang keluar hanya sedikit sedangkan rasa gatal dan nyeri di tenggorokan tidak berhenti.
Saya keluar kamar dan memanggil Ayah sambil menahan tangis. Tidak biasa-biasanya saya batuk seperti ini, sampai air mata saya keluar karena rasa sakit yang luar biasa di tenggorokan. Rupanya, Ayah yang masih bekerja di lantai atas mendengar saya memanggilnya dengan suara serak. Segera saja Ayah menanyakan kondisi saya. Dari suaranya, saya tahu bahwa Ayah juga masih menderita batuk yang sama.
Melihat kondisi saya yang semakin buruk, akhirnya Ayah berinisiatif ke apotik 24 jam untuk membeli tablet dexamethasone. Awalnya saya ragu saat tahu Ayah akan membeli obat itu, karena saya pernah membaca banyak efek samping dari penggunaannya. Tapi, kondisi saya saat itu sudah lumayan parah. Saya hampir tidak bisa bersuara, bergerak, dan hampir susah bernafas. Batuk yang terus-menerus dan menyakitkan itu kini sudah mengakibatkan radang dan pembengkakan di dalam tenggorokan saya.
Akhirnya, Ayah pergi juga ke apotik menjelang tengah malam itu. Syukur Alhamdulillah, apotiknya terletak berbeda komplek saja jadi ia tidak harus melewati jalanan yang sepi dan rawan. Tidak berapa lama, Ayah datang dan membawa strip antibiotik amoxicillin, dexamethasone, dan ambroxol tablet lagi. Bukan pilihan yang menyenangkan memang; harus meminum semua obat itu tanpa resep dokter (jangan ditiru ya!). Tapi ini pilihan terakhir dan kami memilih obat dengan efek samping terendah dan pemakaian paling minimal.
Saya minum antibiotik dan dexamethasone masing-masing satu butir (ambroxolnya tidak, karena sudah diminum sebelum tidur) sedangkan Ayah minum dexamethasone dan ambroxol. Sambil duduk di sofa, saya dan Ayah menunggu hingga obatnya bereaksi. Cukup lama juga, kurang lebih satu jam baru kami bisa merasakan efeknya.
Tablet dexamethasone, isinya adalah sejenis cortico steroid yang punya sifat anti inflamasi (pembengkakan). Obat ini juga bisa mengatur tubuh agar tidak terlalu reaktif terhadap alergi. Karenanya, obat ini sering dipakai dalam pengobatan pada saluran pernafasan, terutama batuk dan batuk asma. Saya bedakan antara batuk dan batuk asma adalah karena pada batuk yang biasa penderita tidak akan sampai kesulitan bernafas. Sedangkan pada batuk asma, penderita sampai mengalami kesulitan bernafas karena saluran nafasnya yang membengkak akibat batuk terus-menerus. Saya dan Ayah sama-sama mengalami batuk yang sama, tapi saya mengalami batuk asma sedangkan Ayah hanya batuk biasa. Namun, karena batuk kami parah, saya lebih cepat terkena efeknya dengan bagian dalam tenggorokan membengkak dan jadi sulit bernafas.
Beberapa saat setelah minum dexamethasone untuk mengobati batuk yang parah itu, Alhamdulillah, akhirnya saya bisa bernafas lega. Bahkan, dahak yang tadinya seperti tertahan di tenggorokan, menjadi cair dan mudah dikeluarkan setiap batuk. Rasa sakit seperti diiris pisau saat batuk pun hilang. Yah, walau memang ada efek sampingnya, tapi saya benar-benar merasakan manfaat obat tersebut saat itu.
Menurut petugas apotik, obat itu sebaiknya hanya digunakan saat sakit. Bila batuknya sudah berkurang dan tidak lagi terasa sakit, maka harus dihentikan. Sementara itu, untuk antibiotiknya, karena saya sudah terlanjur meminumnya, saya harus menghabiskannya selama minimal 3 hari pemakaian (satu strip). Baiklah, untuk sementara waktu, saya harus membiasakan diri dulu dengan obat-obatan tersebut. Mudah-mudahan ke depannya tubuh saya lebih kuat lagi dan bisa menghadapi flu dan batuk tanpa harus mengonsumsi obat.
* Saya bukan dokter dan tulisan ini bukan bermaksud untuk meresepkan obat. Apa yang saya tulis berdasarkan pengalaman saya sendiri dan sangat mungkin berbeda efeknya kepada orang lain. Harap cari tahu dulu di Google apa itu Dexamethasone, kandungan, cara pakai, dan efek sampingnya. Gunakan dexamethasone untuk mengobati batuk dengan hati-hati dan sesuai dengan takaran.
Leave a Reply