
Seseorang berkomentar di situs tanya jawab Yahoo! bahwa pengobatan dengan besi panas dalam Islam adalah hal yang tidak disukai Rasulullah. Karenanya, pengobatan dengan matras atau batu yang dipanaskan dan menghasilkan sinar infra merah pun harus dijauhi karena tidak sesuai dengan sunnah Rasul.
Pernyataan itu menggelitik hati saya dan membuat saya bertanya-tanya apakah hal itu benar. Karena saya sendiri sudah hampir dua minggu ini rutin menjalani terapi dengan matras infra merah di Serastone, dan saya tidak mau pengobatan ini menjadi sesuatu yang buruk bagi saya sebagai seorang muslim.
Pertama-tama, saya akan tuliskan dahulu hadist mengenai pengobatan dengan besi panas sebagai berikut:
Dalam hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda ,”Aku tidak senang diterapi dengan pengobatan besi panas”. Dalam riwayat lain ditandaskan ,”Dan aku tidak mempernankan umatku melakukan penyembuhan dengan pengobatan besi panas”.
Dalam kitab Jami’ at-Turmudzi dituturkan riwayat hadis riwayat Imran Ibnu Husain bahwa Rasulullah SAW pernah melarang terapi dengan menggunakan besi panas. Ia menuturkan ,”Apabila kita tertimpa suatu penyakit, kemudian kita mengobatinya dengan menggunakan besi panas, maka kita akan merugi dan tidak akan sembuh”. Dalam riwayat lain ditandaskan ,”Sebab dengan terapi besi panas itu, kita tidak bakal untung akan tetapi kita akan merugi serta tidak akan sembuh.”
Kutipan hadist saya ambil dari website ini.
Di dalam Islam, pengobatan seperti itu disebut ‘kayy’ sedangkan di barat, istilahnya adalah ‘cauterization’ yang berasal dari kata kerja ‘cauterize’ yang artinya adalah ‘to burn, sear, or freeze (tissue) using a hot iron or electric current or a caustic agent’. Terjemahan dari sini.
Pada masa Rasulullah dan jauh sebelumnya di masa kerajaan Romawi, kauterisasi banyak digunakan untuk mengobati mereka yang luka di medan perang atau menyembuhkan luka sehabis amputasi. Besi yang berbentuk lempengan atau batangan dipanaskan kemudian ditempelkan di luka. Akibatnya adalah jaringan tubuh di sekitar luka akan menjadi gosong dan mati, sehingga luka menjadi sembuh dan berhenti mengeluarkan darah.
Pengobatan ini memang efektif namun sifatnya menyakiti diri sendiri. Wajar bila Rasulullah tidak menyukai metode ini karena yang mengalaminya akan mengalami rasa sakit luar biasa, berteriak-teriak kesakitan, atau syok. Kauterisasi pun memiliki efek buruk yaitu jaringan tubuh yang telah mati tidak akan tumbuh lagi dan akan tetap seperti itu selamanya; gosong, hitam, mengkerut. Selain itu, ada pula resiko infeksi karena banyak jaringan sehat yang ikut rusak.
Bila dibandingkan dengan pengobatan menggunakan sinar infra merah, jelas terdapat beberapa perbedaan seperti:
– Tujuan pengobatannya berbeda. Kauterisasi bertujuan mematikan jaringan tubuh untuk menghentikan luka. Sedangkan, pengobatan menggunakan infra merah bertujuan untuk melancarkan aliran peredaran darah. Memang benar sinar infra merah dapat membantu menyembuhkan luka namun prosesnya tidak instan. Luka yang diberi sinar tidak untuk ‘dibakar’ hingga gosong namun hanya dihangatkan hingga aliran darah di sekitarnya lancar serta bakteri tidak dapat hidup di sana. Hasilnya, luka akan menjadi cepat sembuh tanpa ada jaringan tubuh yang rusak.
– Cara pengobatannya berbeda. Kauterisasi menggunakan besi yang dipanaskan kemudian ditempelkan di bagian tubuh yang luka dan sekitarnya. Sementara itu, pengobatan infra merah menggunakan lampu yang menghasilkan sinar infra merah maupun melalui media matras atau batu (kristal) yang memancarkan infra merah. Memang benar bila menggunakan matras ataupun batu maka akan bersentuhan langsung dengan kulit namun temperaturnya dapat diatur sehingga tidak sampai membahayakan. Hal ini jelas berbeda dengan kauterisasi yang medianya (besi) ditempelkan ke kulit dalam keadaan temperatur tinggi.
– Kondisi pengobatanya berbeda. Kauterisasi adalah pengobatan yang tidak memberikan rasa nyaman pada pelakunya, baik saat dilakukan pengobatan maupun setelahnya (akibat luka bakar yang disebabkan). Sedangkan, pengobatan infra merah akan memberi rasa nyaman baik saat dilakukan terapi maupun setelahnya.
Karenanya, menurut saya terlalu tergesa-gesa menyimpulkan bahwa pengobatan dengan infra merah adalah pengobatan yang tidak sesuai dengan sunnah Rasulullah karena serupa dengan kayy (kauterisasi). Mencari kesehatan dan kesembuhan adalah sesuatu yang harus dilakukan saat seseorang sedang menderita sakit, karena itu artinya ia tidak berputus asa atas rahmat Allah. Pengobatan dengan sinar infra merah adalah salah satu alternatif yang patut dicoba karena banyak manfaat dan minim resiko.
Recent Comments