
Di kelas tiga ini Aini berkesempatan study tour ke Pelita Desa Ciseeng Bogor, yaitu area outbound dan aktifitas outdoor untuk anak-anak dan keluarga. Di dalamnya, anak-anak bisa melakukan flying fox, rafting (rakit), melewati jembatan gantung, membajak sawah, memeras susu sapi, dan lain-lain. Aini dan teman-temannya pergi ke Pelita Desa menggunakan dua buah bus dari sekolah, sementara saya dan beberapa orangtua yang ikut menemani menggunakan kendaraan pribadi yang kami carter bersama.
Berangkat dari sekolah kira-kira pukul 7 pagi. Sekitar pukul 9, kami tiba di Pelita Desa berbarengan dengan bus dari sekolah. Saat telah turun dari mobil, saya berkesempatan berbicara sejenak dengan Aini. Seperti biasa, Aini turun paling terakhir dari bus. Ia tampak sedikit pucat dan cerita pada saya bahwa di dalam bus tadi ada beberapa anak perempuan yang muntah. Saya paham, kemungkinan hal itu terjadi karena perjalanan yang cukup jauh ditambah perbedaan cuaca yang cukup ekstrim selama perjalanan; panas terik matahari di luar dan dingin AC di dalam bus.
Saya bersama orangtua dan wali murid yang ikut ke sana tidak bisa begitu saja masuk ke dalam area, karena kami tidak termasuk dalam rombongan sekolag. Kami harus membeli tiket masing-masing Rp 100.000,- yang sudah mencakup bonus snack (bakso) dan makan siang gratis.

Setelah membeli tiket, barulah kami bisa masuk dan mengikuti kegiatan anak-anak. Ternyata, di dalam sudah ada banyak sekali pengunjung dari sekolah-sekolah lain. Murid-murid TK dan SD beserta guru-guru dan orangtua mereka ramai memenuhi pelosok tempat itu.
Murid-murid dari sekolah Aini langsung dibagi menjadi 8 kelompok (4 perempuan dan 4 laki-laki) dan masing-masing kelompok diawasi oleh seorang instruktur. Para guru menyerahkan murid-murid ke instruktur-instruktur tersebut yang langsung mengarahkan mereka pada berbagai aktifitas outdoor di sana.
Pertama kali, mereka melakukan pemanasan ringan berupa senam dilanjutkan lomba antar kelompok seperti tarik tambang dan memindahkan hulahup. Sejak awal kegiatan murid-murid diminta untuk melepaskan sepatu dan hanya mengenakan kaus kaki. Awalnya hal ini bukan masalah, terlebih karena mereka masih beraktifitas di atas lapangan berumput.
Setelah memindahkan hulahup dan tarik tambang, murid-murid kemudian dibawa menuju ke lapangan di samping sebuah danau besar. Di sana mereka bermain lomba bakiak dan mengisi tabung bocor dengan air.
Ada sedikit kekhawatiran muncul di hati saya ketika melihat Aini bertugas untuk mengambil air menggunakan sebuah ember kecil dari danau. Pinggir danau itu sangat curam dan danau itu terlihat dalam. Aini harus mengambil air dengan cara membungkuk di pinggir danau dan menyiduk air ke dalam embernya langsung. Saya khawatir Aini tidak seimbang dan terjatuh.
Terlebih lagi, awalnya tidak ada seorang instruktur pun yang menyertainya. Hanya ada instruktur yang bertugas memimpin kelompoknya masing-masing dan seorang pemberi aba-aba. Syukurlah tidak lama kemudian instruktur kelompok mengambil alih mengambil air dari danau dan bukan Aini. Menurut saya hal ini sudah sepatutnya dilakukan karena sangat beresiko menyuruh anak kecil mengambil air sendiri dari pinggir danau tanpa penjagaan orang dewasa.
Recent Comments