
Masih ingat kisah Ardi, seorang bocah perokok berusia 2 tahun dari Banyuasin, Indonesia? Bagaimana ya kabarnya kini?
Sekilas Tentang Ardi
Ardi si bocah perokok yang kisahnya terkenal tidak hanya di Indonesia tapi juga di dunia, mulai merokok sejak baru berusia 18 bulan. Saat itu, ayahnyalah yang pertama kali memberikan rokok untuk membuatnya berhenti menangis. Bertahun-tahun berikutnya, Ardi telah menjadi perokok berat. Dia bisa merokok 4 bungkus rokok sehari, dan dia bisa memainkan rokok dengan jari-jari mungilnya seperti yang dilakukan perokok dewasa.
Kisah Ardi oleh kru TV yang tertarik dengan kebiasaan aneh Ardi. Tidak seperti balita lain yang menyukai susu dan makanan ringan, Ardi lebih suka menghisap rokok daripada makanan ringan. Begitu terbiasanya Ardi sanggup merokok hingga empat pak per hari. Ia merokok di siang hari, setelah bangun dari tidur, ketika bermain dengan teman-temannya, dan ketika dia beristirahat di sore hari. Kebiasaan merokoknya hanya berhenti pada pukul delapan malam ketika dia siap untuk tidur. Ya, di luar kebiasaan merokoknya yang tidak biasa, Ardi masih bermain dan bersikap layaknya anak kecil lainnya.
Namun, ketika orang tua atau orang dewasa lainnya mencegah atau menolak memberikan rokok, Ardi akan mengamuk. Dia akan membenturkan kepalanya ke dinding rumah dan menangis terus-menerus, membuat orangtuanya menyerah dan lagi-lagi memberinya rokok.
Setelah kisahnya mengemuka, para ahli pun berdatangan untuk memeriksa. Yang mengherankan, mereka mendapati kondisi kesehatan Ardi cukup baik. Ardi terlihat sehat, gemuk, dan ceria, meski tetap ada resiko di masa depan bila terus dibiarkan merokok.
Nah, Bagaimana Kisahnya Kini ya?
Ternyata, Ardi bisa benar-benar berhenti merokok di tahun 2013, kurang lebih tiga tahun setelah kisahnya diketahui publik. Pendampingan yang ketat dan terarah dari Komisi Perlindungan Anak dan Departemen Kesehatan berhasil membuat Ardi terlepas dari rokok. Lucunya, setelah ia berhenti dari kebiasaan merokoknya, ia jadi ketagihan makan.
Ardi sempat menderita kegemukan karena senang makan makanan junk food. Lagi-lagi, para ahli turun tangan. Dengan pengarahan dari ahli gizi, Ardi bisa mengatasi obesitasnya dan menjadi anak yang sehat. Selain terhenti dari kecanduannya, racun-racun di tubuh Ardi bisa didetoksifikasi karena gizi yang baik. Bahkan kabarnya, kini ia menjadi siswa yang berprestasi di sekolahnya. Dari menderita kecanduan rokok dan obesitas, Ardi kembali menjadi anak yang normal seperti anak-anak lain seusianya.
Video tentang Ardi bisa dilihat di bawah ini:
Pelajaran dari Kisah Ardi
Saat di wawancara TV dulu, Ibu Ardi pernah berkata bahwa ketika dia hamil Ardi, dia ngidam sangat ingin merokok. Dia merokok ketika dia hamil dan ketika Ardi kemudian merokok saat balita, ia mengaitkannya dengan kondisi saat ia hamil dulu.
Namun demikian, banyak orang setuju lingkunganlah yang mendorong Ardi menjadi bocah perokok. Ayah Ardi adalah seorang perokok dan Ardi tinggal di tengah orang dewasa yang merokok. Ayah Ardi suka memberinya rokok rokok untuk menghentikan tangisan dan rengekannya , sementara orang-orang dewas di sekitarnya suka membercandai dengan menawarkan rokok.
Tampaknya, latar belakang pendidikan juga memengaruhi perilaku permisif orang-orang dewasa di sekitar Ardi. Selain kurang memahami bahaya rokok bagi kesehatan, mereka pun kurang memahami cara mendidik anak dengan baik.
Sebagai orang dewasa, ada tanggung jawab bagi kita untuk mengajari anak-anak (bahkan sejak kecil) untuk tidak merokok. Seiring perkembangan usia anak, harus memperkenalkan mereka tentang bahaya merokok dan apa saja yang dapat mereka lakukan untuk membantu mengurangi asap rokok. Tapi tidak itu saja, kita pun harus menciptakan kondisi yang kondusif agar anak-anak terbiasa tumbuh tanpa rokok dan tidak merasa perlu melakukannya. Salah satunya adalah dengan menjadi teladan orang dewasa yang tidak merokok.
Leave a Reply