
Akhirnya bisa juga kami menikmati blackforest halal tanpa resah dan was-was. Beberapa minggu yang lalu, kami sekeluarga sangat kecewa karena terlanjur membeli blackforest dari toko roti yang sudah terkenal sejak lama. Di rumah, kami baru mengetahui kalau blackforest tersebut mengandung rhum yang terbuat dari alkohol. Akhirnya, seloyang kue yang baru kami nikmati segigit saja, terpaksa kami buang.
Kalau diingat-ingat lagi sudah mengeluarkan ratusan ribu untuk seloyang blackforest yang akhirnya menjadi penghuni tempat sampah, rasa kesal masih menggayuti hati kami, tapi yah… sudahlah. Hal itu menjadi pelajaran yang sangat berharga untuk kami, untuk selalu menanyakan baik-baik kandungan cake atau roti yang akan kami beli. Kami hanya menyayangkan toko roti yang sudah lebih dulu eksis di jagat kuliner Indonesia tersebut kurang berpihak kepada konsumennya yang muslim. Hal itu ditandai dengan tidak adanya sama sekali pemberitahuan oleh penjaga toko pada kami yang jelas-jelas muslim (saya mengenakan jilbab) bahwa blackforest yang akan kami beli mengandung rhum. Ketika tiba di rumah dan memakannya, barulah kami rasakan kandungan rhum di dalamnya.
Suami saya menelepon toko tersebut dan bertanya sambil mengomel, menyesalkan mengapa para penjaga toko tidak menginformasikan sama sekali bahwa kue tersebut mengandung rhum. Padahal jelas-jelas saya yang ikut dengannya ke toko mengenakan jilbab, dan mereka sendiri pun muslim dan tahu bahwa rhum mengandung alkohol yang berarti haram dikonsumsi muslim, tapi mereka sama sekali tidak memberitahu kami. Malah, di pembicaraan via telepon itu mereka sempat berkilah bahwa rhumnya hanya ada di coklat batang yang melapisi bagian luar kue. Tapi, tentu saja hal itu tidak mungkin karena coklat tersebut biasanya diproduksi secara masal dan umum dipakai untuk membuat kue. Selain itu, tidak terasa rhum sedikitpun di coklat tersebut, hanya di bagian kue (cake) saat dimakan.
Ketika kemarin saya dan suami mampir untuk membeli roti di toko Breadtalk di Margocity, kami tertarik untuk membeli seloyang blackforest. Belajar dari pengalaman sebelumnya, kami menanyakan dulu kandungan cake yang mereka jual. Alhamdulillah, salah seorang bakernya menjelaskan bahwa semua cake tidak mengandung rhum ataupun alkohol. Akhirnya kami pun membawa seloyang blackforest mini untuk kami nikmati.
Di rumah, kami (saya, suami, dan Aini) segera menikmati blackforest halal tersebut. Tidak menunggu lama, kue itu hanya tinggal kurang dari separuhnya di pagi ini.
Hm… rupanya kami memang harus hati-hati dalam menikmati aneka kuliner yang populer, meskipun tinggal di Indonesia yang warganya mayoritas muslim. Setelah tersandung kue soes terkenal asal Bandung dan blackforest yang mengandung rhum, semoga ke depannya kami bisa terus menikmati makanan halal yang nikmat dengan nyaman.
Leave a Reply